The International Union of Superiors General (UISG) menyelenggarakan webinar untuk kaum religius yang bekarya dalam bidang Komunikasi. Webinar unik tersebut dilaksanakan secara tatap muka dan online. Secara online, hadir sekitar 180 orang partisipan yang berasal dari berbagai negara. Sementara itu, mereka yang hadir secara tatap muka berkumpul di gedung UISG, Roma.
Berlangsung selama dua jam, UISG menghadirkan empat narasumber profesional dalam bidang komunikasi yakni Rose Pacatte FSP, Sœur Adelaide Ndilu IHM, Sœur Cristina Valea FSMP, dan Fr. Benedict Mayaki SI, yang dimoderatori oleh Geraldine Schwarz.
Webinar yang unik tersebut menjadi kesempatan berharga bagi para peserta untuk merefleksikan kekuatan media yang luar biasa dalam menyampaikan pesan-pesan harapan dan menciptakan hubungan yang mendalam di antara orang-orang, melampaui semua hambatan geografis dan budaya. Peserta mendengarkan pengalaman unik dari berbagai belahan dunia, mengeksplorasi bagaimana Yubileum telah mengilhami perspektif baru di bidang komunikasi dan bagaimana kisah-kisah harapan telah diceritakan dalam konteks yang berbeda.
Webinar tersebut juga menyoroti pentingnya peran media dalam menyebarkan pesan untuk membawa harapan. Komunikator sebagai sumber informasi memegang tanggungjawab yang besar, untuk mengajar dan menunjukkan kepada dunia bagaimana menjadi Harapan
Rose Pacatte FSP, yang bertugas sebagai Direktur Centre paulinien d’études médiatiques à Rome dan penulis buku tentang pendidikan media dan sinema membagikan pengalamannya untuk memperkaya para Komunikator.
Dia mengatakan kekuatan dari cerita. Cerita dan kisah kita merupakan harapan. Dengan bercerita, kita mengatakan kepada dunia ada banyak kebaikan yang tersembunyi, bahkan ketika tak ada lagi harapan. Untuk memperkuat refleksi tersebut, dia mengutip kalimat dari Paus Fransiskus:
“Il vostro storytelling sai anche Hopetelling. Raccontale la speranza significa vedere le briciole di bene nascoste anche quando tutto sembra perduto.”
Sementara itu, Fr. Benedict Mayaki SI yang pernah bekerja sebagai jurnalis berita di Vatikan dan saat ini bertugas sebagai komunikator di Kuria Serikat Yesus di Roma memaparkan tentang Peran Media dalam Menyebarkan Pesan Harapan. Dia menyampaikan bahwa terdapat lima The Role of the media in spreading the message of hope yakni:
- Bercerita sebagai katalisator untuk koneksi
- Melawan “Ekonomi Perhatian”
- Tanggung jawab etis terhadap kebenaran: Memerangi berita palsu
- Memperkuat suara-suara yang terpinggirkan
- Membina Komunitas dan lembaga
Jubileum Komunikasi Pertama Kali Terjadi
Pastor yang dikenal sebagai orang yang berani dalam mengatakan kebenaran tersebut mengatakan bahwa Jubileum Komunikasi yang dilaksanakan pada tahun ini merupakan jubileum komunikasi pertama. This decision reflects the Church’s recognition of comms as both a modern imperative and a theological priority. Ada empat poin penting yang perlu di lakukan dari Jubilee Komunikasi tersebut yakni:
- Komunikasi sebagai Dasar Misi
Dengan memprioritaskan komunikasi, Gereja menekankan bahwa bagaimana Injil dibagikan sama pentingnya dengan pesan itu sendiri. Gereja menegaskan bahwa komunikasi yang efektif dan etis sangat penting bagi misi penginjilan. Hal ini mencerminkan seruan Paus Fransiskus yang sering kali menyerukan untuk “pergi ke daerah pinggiran digital.” Keputusan ini mencerminkan pengakuan Gereja terhadap komunikasi sebagai sebuah keharusan modern dan prioritas teologis.
- Mengangkat Komunikasi sebagai sebuah misi
Gereja membingkai ulang komunikasi bukan hanya sebagai keterampilan teknis tetapi sebagai panggilan dan pelayanan. Dengan menempatkan acara ini sebagai yang pertama, acara ini menguduskan pekerjaan para jurnalis, pembuat konten, dan profesional media, mengundang mereka untuk melihat pekerjaan mereka sebagai partisipasi dalam misi Kristus.
- Menetapkan nada untuk tahun Yubileum:
Komunikasi yang efektif adalah sarana yang melaluinya tema pengharapan akan beresonansi secara global. Memulai dari sini akan memastikan bahwa acara-acara selanjutnya akan diperkuat dengan kejelasan dan tujuan.
- Merangkul modernitas tanpa kehilangan identitas:
Dengan menggunakan alat dan platform digital terlebih dahulu, Gereja menyeimbangkan tradisi dengan inovasi. Hal ini menandakan kemampuan beradaptasi sambil menolak perangkap dehumanisasi yang didorong oleh teknologi. Hal ini mencerminkan kritik Paus Fransiskus terhadap “budaya membuang” sambil menegaskan potensi teknologi untuk kebaikan.
Lebih lanjut Fr. Benedict membagikan upayanya untuk hidup dan menceritakan “Harapan” tahap demi tahap yakni:
- Praktik Spiritual Pribadi
- Prakarsa Pembangunan Komunitas
- Penginjilan Digital
- Ekspresi Artistik/Budaya
- Prakarsa Ekologi
- Pendidikan & Pembinaan
- Advokasi
- Liturgi
- Media dan Teknologi
Melalui masukan berharga yang disampaikan oleh para narasumber tersebut, para peserta diajak untuk secara bersama-sama menemukan nilai universal komunikasi sebagai alat untuk perubahan, persatuan dan pertumbuhan bagi seluruh umat manusia.
Ditulis oleh Sr. M. Angela Siallagan FCJM