Ikatan Rohaniwan Rohaniwati Indonesia di Kota Abadi (IRRIKA) dan Kumpulan Pimpinan Rohaniwan/ti (REHAT) menunjukkan rasa cinta mereka yang mendalam dengan mengadakan Perayaan Ekaristi khusus yang dipersembahkan untuk Paus Fransiskus yang bertempat di Embassy of the Republic of Indonesia in Rome (KBRI Roma), pada Rabu, 26 Februari 2025.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Pastor Yul Yasinto, SVD, seorang anggota Dewan Generalat SVD di Roma dan di dampingi oleh dua orang pastor konselebran. Hadir sekitar 50 orang dalam perayaan ekaristi tersebut.
Dalam kotbahnya, Pastor Yul Yasinto menekankan pentingnya kebijaksanaan. Dia mengatakan bahwa ada banyak orang pintar, tetapi hanya sedikit orang yang bijaksana.
“Dalam diri Paus Fransisus, hal tersebut ada. Dia menjadi personifikasi dari hal-hal besar yang dikatakan, yang diperjuangkan. Menurut saya kita takut dan cemas karena kehilangan. Tidak ada lagi tokoh-tokoh yang kita bisa andalkan, yang bisa membuat pilihan-pilihan yang kita terima, karena dia sendiri menjalankannya dengan sepenuh hati,“ ungkap Pastor Yul Yasinto. Pastor Yul Yasinto menyampaikan bahwa umat beriman begitu prihatin dan cemas akan kesehatan Paus Fransiskus dan berharap agar pulih kembali. “Berharap Paus Fransiskus pulih sepenuhnya dan melanjutkan semua tugasnya bukanlah hal yang realistis,“ ungkap Pastor Yul untuk mengajak umat beriman agar mampu menerima kenyataan. “Ini juga tidak adil bagi Bapa Suci kita tercinta. Beliau berhak mendapatkan istirahat yang tenang di masa tuanya,“ lanjutnya.
Lebih lanjut Pastor Yul mengatakan bahwa kita takut kehilangan Paus Fransiskus karena tidak ada lagi model dari hal-hal besar tersebut. Oleh karena itu, dia berpesan kepada semua umat beriman yang hadir bahwa ada legasi, ada tugas yang akan oleh Paus Fransiskus tinggalkan untuk kita. Legasi tersebut dalam bentuk personifikasi dari nilai-nilai yang mau kita perjuangkan.
Untuk semakin mendalami homilinya, Pastor Yul menitip empat pesan merujuk dari kitab Putra Sirakh yakni:
- Orang yang mencintai kebijaksaan, dia mencintai kehidupan; Dia mengatakan bahwa ada banyak orang yang pintar, tetapi hanya sedikit yang bijaksana.
- Pagi-pagi menghadapi kebijaksaan akan membuat kita penuh sukacita
Hal pertama yang kita hadapi di pagi hari itu adalah kebijaksanaan, sisa dari pagi itu akan menbuat kita penuh sukacita. Kita sering memulai hari dengan stres dengan banyak kegelisahan. Ketika bangun pagi, kita terlalu banyak berharap yang sia-sia. Apa yang kita pikirkan dan lakukan di malam hari sebelum tidur akan sangat mempengaruhi kondisi kita saat bangun. Dia menyarankan supaya tidak terlalu banyak menghabiskan waktu dengan handphone sebelum tidur. Kita akan tidur dalam kecemasan. “Kadang kita butuh puasa bermain HP“
- Yang percaya kepada kebijaksanaan, akan mewarisinya
Legasi seperti apa yang akan kita perjuangan dan wariskan dalam hidup kita? Kita cemas jika suatu saat Paus Fransiskus meninggalkan kita karena dia meninggalkan legasi, dari seluruh hidup dan ajarannya. Dia mengajarkan hidup yang mendalam. Hidup yang dangkal tidak dapat mewariskan sesuatu yang bermakna.
- Kebijaksanaan membawa lewat jalan yang berbelok
Jalan yang berbelok-belok ketika menuju kebijasanaan mungkin akan meninggalkan rasa sakit dan menyiksa, tetapi kebijaksaan akan kembali dengan kebaikan yang menggembirakan. Jika kita mencari jalan yang mudah hanya akan membuat kita kehilangan atau semakin jauh dari kebijaksaan. Kebijaksanaan sejati seringkali timbul dari berbagai kesulitan yang kita jalani. Kebijaksanaan itu muncul setelah melalui perjalanan yang panjang dan akan kembali kepadanya dengan kebaikan yang menggembirakan.
Mengakhiri homilinya, Pastor Yul mengajak segenap umat beriman yang hadir untuk mendoakan Paus Fransiskus, tetapi terlebih mendoakan diri kita sendiri agar kita lebih bijaksana dan mampu mewariskan legasi hidup kita.
Ditulis oleh Sr. M. Angela Siallagan FCJM