Rekoleksi Suster FCJM – Agustus 2020
Dokumen Vita Consecrata No. 42, hidup berkomunitas diartikan sebagai hidup bersaudara yaitu hidup bersama dalam cinta kasih. Di sana ada berbagi kasih. Seluruh hidup diabdikan untuk saling mengasihi dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus Kristus. Ia memberikan diri-Nya demi kasih bahkan rela mengorbankan diri-Nya untuk mewujudkan budaya kasih. Tanpa kasih yang tanpa syarat, tidak pernah ada kebersamaan yang benar dan kokoh. Demikian Muder Clara menulis dengan jelas “Para Suster hendaklah sehati sejiwa. Apa yang dapat diwujudkan oleh cinta diantara beberapa ribu orang Kristen, akan dapat diwujudkan pula diantara jumlah kecil para Suster (bdk. Konst. awal no XXVIII).
Muder Clara menegaskan:
Semua Suster hanya mencari satu hal saja: Melaksanakan kehendak Allah, menyenangkan hati Allah, menunaikan
tugas demi Allah, tidak pernah berhenti berusaha untuk
maju. Menakuti hanya satu hal : tidak menyenangkan Allah.” Dengan demikian mereka akan sehati sejiwa. Kalau kita
sehati sejiwa tentulah kebersamaan kita menjadi suatu keindahan. Inilah juga
yang diimpikan
Muder Clara dari kita Puteri-Puterinya. Kalau kita
sehati sejiwa tentulah kebersamaan kita menjadi suatu keindahan. Inilah juga
yang diimpikan
Muder Clara dari kita Puteri-Puterinya. Impian ini
nampak sangat ideal sekaligus memuat harapan kita semua dalam merawat
kebersamaan. Impian hanya dapat diwujudkan dengan kesediaan setiap Suster
untuk berkorban dalam mewujudkannya. Harapan
hanya akan dapat terwujud bila kita semua anggota dalam komunitas berani
memperjuangkannya dengan semangat iman dan penuh
cinta kasih yang tulus.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam merawat indahnya kebersamaan.
1.Lepas bebas
Hanya dalam suatu semangat lepas bebas dari keterikatan diri dengan berbagai kepentingan diri dan kecenderungan yang tidak teratur, kita akan mampu mengasihi saudari kita dalam komunitas. Dan hanya dengan bekal pengalaman kasih yang kita terima, kita bagikan dalam komunitas, kita akan selalu berusaha merawat kebersamaan yang merupakan anugerah istimewa dari Dia yang memanggil kita.
2. Menentang kehendak diri sendiri.
Ketika kita mau mengalah, dan tidak bertahan pada pendapat sendiri sekalipun kita yang benar, pastilah hidup kebersamaan kita lebih indah. Thomas Kempis dalam bukunya yang berjudul
“MENGIKUTI JEJAK KRISTUS” berkata: “sungguh sangat baik untuk mengalah, jika kita ingin hidup rukun dan damai.”
Ada sebuah ungkapan bijak “Kebersamaan itu mahal dan tak ternilai harganya. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang mampu membelinya. Yaitu orang-orang yang peduli pada kebersamaan dengan komunitas.” Memang hal ini tidak mudah, tapi mari kita memulainya dari diri sendiri tanpa menuntut yang lebih muda, atau yang muda menuntut yang lebih tua. Mari kita bersama-sama merawat indahnya kebersamaan agar komunitas kita menjadi indah sebagaimana cita cita awal dari Ibu Pendiri kita, Muder Maria Clara Pfänder dengan berjuang menjadi pribadi yang ekaristis dan adoratif. Dengan demikian kita layak disebut “SUSTER.”.
(Penggalan renungan yang disusun petugas rekoleksi Agustus/SES)