Sr.M.Clara Simbolon FCJM
Ermi Clara Simbolon anak ke-11 dari 11 putera-puteri pasangan suami isteri Katolik yang saleh Musa Simbolon dan Medah Hasugian. Ayah dan Ibunya adalah petani di daerah Parlilitan. Keluarga Clara, sama seperti penduduk Parlilitan lainnya, hidup sederhana namun taat beragama.
Jalan hidup yang ditawarkan Sr. Clara adalah suatu jalan cinta kasih. Cinta kasih yang berasal dari perbuatan sederhana dan penuh belas kasih. Hal ini terbukti dari tugas-tugas pelayanan yang dijalani mulai masa muda hingga usia senja kini. Sr. Clara yang senang merawat dan mendamping anak Panti ini, begitu menghayati jalan hidup penuh belas kasih. “saat saya berkarya di Panti Pius IX, saya kasihan melihat anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtua dan keluarganya dan benar-benar tidak punya apa-apa. Oleh karena itulah hatiku tergerak ingin membagikan cinta kasih kepada mereka”, ungkapnya saat bercerita kecil malam itu.
Di usianya yang sudah senja itu, Sr. Clara tetap semangat dan selalu berkarya meskipun hanya membantu hal-hal yang kecil dan sedehana, misalnya: memotong sayur didapur, mengiris bawang, dll. “Aku melakukan ini dengan ketulusan hatiku dan penuh sukacita”, tambahnya.
Deo Vindice, Tuhan selalu melindungi aku dalam hidupku. Tuhanlah Gembalaku. Tuhan selalu memanjakan aku dan tak membiarkan aku menderita terlalu jauh.
Pernah suatu sore, saat keremangan senja menjadi cerminan mentari yang hampir angslup ke dalam gelap menembus daun-daun hijau yang berkeliaran kian kemari seturut tarian angin halus nan mesra, mengantarkan sebait cerita. Kisahnya, aku sedang duduk di bongkahan kayu, menatap ke langit menatap garis-garis tajam, sisa cahaya sore itu. mengeluh kepada Tuhan, “Tuhan….mengapakah Engkau berikan aku penderitaan sebesar ini?, aku capek, kecewa, kesal…..”, begitulah rintihan hati sore itu.
Tiba-tiba saja Sr. Avelina muncul dan langsung bertanya, “Sr. Clara….kalau Suster nanti sudah tua, siapakah yang menurutmu cocok menggantikan di Panti ini?”, Sr. Clara mengatakan, “Sr. Benedikta”. Demikian percakapan singkat sore itu.
Satu minggu kemudian, Sr. Benedikta sudah tiba di Panti untuk menggantikan Sr. Clara. Dengan perasaan senang dan terkejut, Sr. Clara menyambut kedatangan Sr. Benedikta.
Kisah sederhana ini pun dilihat sebuah peristiwa kehadiran Tuhan. Tuhan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh umat-Nya., maka mengaduhlah kepada-Nya sang pemberi rahmat dan berkat berlimpah, tutupnya mengakhiri perbincangan malam itu. Terima kasih ompung! Tetap semangat dan bahagia. Angela Siallagan.