(Sr. M. Bernadette Tambunan FCJM)
Rosa Delima Enni Tambunan. Sebuah nama yang diberikan oleh kedua orangtuanya saat menerima Sakramen Permandian. Dengan langkah tegak menuju pintu masuk Gereja kecil yang terletak sebuah desa di Silaen. Sebuah tempat yang dirancang agar orang-orang beriman kepada Kristus menyatu untuk menimba kekuatan rohani. Tempat ini sebagai sejarah dan kenangan. Dari sanalah iman Rosa Delima tumbuh dan berkembang. Dari sana banyak orang membawa hati yang baru dan iman kekristenan.
Melewati masa itu, Rosa Delima tertambat untuk menjadi penyebar cinta. Pelayan bagi GerejaNya. Terasa wajar kiranya jika dia akhirnya memilih jalan yang khusus. Menjadi seorang Suster. Suster dalam Kongregasi FCJM. Dalam Kongregasi ini, iman akan Allah semakin berkembang. Iman untuk mencintai semua orang. Rosa Delima menjadi penyebar cinta kasih. Menjadi berkat bagi semua orang. Dia terkenal sebagai seorang perawat dan bidan di desa-desa terpencil. Tangannya menjadi sumber berkat bagi semua orang yang diobatinya. Ini yang membuat atmosfer masa lalu semakin kental membalut kenangan dalam hidup membiaranya. Dia menjadi seorang yang menyenangkan bahkan di usia senjanya. Oppung baik adalah sebuah gelar yang sematkan padanya. Dia benar menjadi Suster yang baik bagi saudari-saudarinya dalam Kongregasi FCJM. Oppung baik menjadi sumber hiburan kapan dan dimanapun.
Sebuah Panggilan
Rosa Delima Enni Tambunan, dilahirkan di Lumban Rau pada tanggal 29 Juni 1938. Dia adalah anak ke 3 dari 7 orang bersaudara. Kedua orang tuanya, Cyrillus Tambunan dan Managara Lubis bekerja sebagai petani di Lumban Rau. Mereka mendidik iman anak-anaknya dengan tekun.
Benih iman yang tertanam di hati Rosa membawanya menjadi seorang Suster yang dipanggil untuk tugas pelayanan Gereja dalam Kongregasi FCJM. Masa aspiran dijalaninya dengan tekun dan setia bersama dengan teman-teman yang sepanggilan dengan dia. Setelah beberapa bulan menjalani masa Aspiran, dia pun melangkah ke masa Postulan, yakni pada tanggal 28 Oktober 1956.
Rosa, sapaan akrabnya menjadi seorang yang terpanggil dan terpilih. Dalam injil Matius 22:14, dituliskan ”sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih”. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang akhirnya gugur ditengah jalan karena dia terpanggil untuk cara hidup yang lain. Rosa, seorang yang lembut dan ramah memelihara panggilan dalam dirinya dengan tekun. Dia yakin bahwa Tuhan memperlengkapi segalanya dalam hidup ini. Dan membiarkan Tuhan berkarya dalam dirinya.
Terpanggil untuk Melayani
Pada tanggal 22 Agustus 1957, Rosa diterima memasuki masa Novisiatnya. Dia diberi jubah putih, jubah pertobatan. Dia juga mengganti namanya menjadi nama Sr.M.Bernadette Tambunan FCJM. Dalam perjalanan waktu, orang-orang memanggil dia dengan nama Sr.Bernadet.
Sr.Bernadet terpanggil untuk melayani. Masa novisiat dijalani dengan penuh sukacita. Wajahnya yang selalu ceria, jarang murung dan masam. Itulah sebabnya banyak orang nyaman disampingnya dan senang di dekatnya. Menyenangkan. Hal ini telah nampak saat dia masih masa pembinaan.
Selesai masa Novisiat, dia juga terima memasuki masa Yuniorat. Tanggal 22 Agustus 1959, dia diterima untuk mengucapkan kaul perdananya. Saat perayaan liturgi ekaristi berjalan, dia diberi konstitusi, anggaran dasar dan salib.
Masa Yuniorat dijalani dengan baik dan penuh syukur. Dia benar-benar menghayati panggilan sebagai seorang Suster. Banyak situasi dan pengalaman suka dan duka dalam perjalanan panggilannya, namun dia menyadari bahwa itu adalah latihan untuk semakin dewasa dalam iman dan kepribadian. Pengalaman itu menjadi sebuah pelajaran untuk mengamalkan kasih Tuhan baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan.
Berbicara tentang panggilan. Dalam bahasa Inggris panggilan disebut “vocation”. Vocation berasal dari kata Latin “vocare” yang artinya “memanggil”. Tuhan memanggil semua umatNya untuk ambil bagian dalam pelayanan Kristiani, tetapi Tuhan memanggil sebagian dari umat tersebut untuk mengabdikan diri secara istimewa. Mereka disebut sebagai kaum religius, biarawan dan biarawati.
Panggilan adalah salah satu cara untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan. Itu artinya mereka yang terpanggil mengabdikan diri sepenuhnya untuk melayani Tuhan dan umat-Nya. Melayani Tuhan artinya melakukan cinta kasih kepada semua orang setiap saat. Panggilan Allah sudah tertanam dalam hati manusia sejak dikandung dalam rahim Ibunya. Contoh konkritnya yakni dalam panggilan Yeremia, Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya; “sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa….” (Yeremia 1:4-16). Tuhan telah membentuk Nabi Yeremia sejak dalam kandungan ibunya serta menguduskan dan menetapkan dia sebagai nabi bagi bangsa israel. Sama halnya dengan Nabi Yeremia, Tuhan pun telah membentuk kita dalam rahim ibu kita masing-masing serta menguduskan kita dan menetapkan kita menjadi Nabi bagi sesama kita yang jauh dari Tuhan. Sebagai penerus Nabi Yeremia di zaman kita sekarang ini, kita di tuntut untuk senantiasa menjadi pribadi pribadi yang bisa membawa damai bagi sesama. Tidak hanya itu, kita dituntut untuk menjadi nabi bagi sesama kita yang kehilangan pegangan hidup, yang tertindas, yang menjadi korban kejahatan.
Sr.Bernadet adalah seorang Suster FCJM yang dipanggil Tuhan untuk melayani secara khusus di bidang kesehatan. Sebagai seorang perawat dan bidan, tangannya menjadi berkat bagi orang-orang yang datang berobat kepadanya. Dia terkenal dengan kelembutan hatinya dan senyumnya yang manis. Sebagai perawat dan bidan di beberapa Poliklinik, khususnya di desa-desa dia selalu memberikan diri sepenuhnya, baik waktu, tenaga dan pikirannya. Tak pernah ia berbuat setengah-setengah. Pelayanan kepada orang sakit diberikan utuh dan tak kenal lelah. Dan tak menuntut istirahat. Benarlah dia seorang Suster yang mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan. Saat menuliskan refleksi hidup Sr.Bernadet ini, saya mengingat tulisan Rasul Paulus, “aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus”. (Filipi 3:12-14). Sr.Bernadet telah memberikan pelayanan bukan karena upah secara materi tetapi upah yang disediakan oleh Allah Bapa didalam Kerajaan Sorga.
Tuhan Milik-Mulah Aku
Sr.Bernadet yang telah cukup makan asam-garam dalam kehidupan membiara. Ia mengucapkan kaul kekalnya pada tanggal 25 Juli 1965, Sr.Bernadet diterima menjadi anggota defenitif dalam Kongregasi FCJM. Itu artinya persembahan hidupnya utuh untuk Kongregasi untuk seumur hidupnya untuk hidup dalam ketiga kaul, yakni kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian. Hidup sesuai teladan pendiri Kongregasi yakni menjadi misionaris cinta kasih Yesus dan Maria. Dalam cincin kaul kekalnya dipahat tulisan “JMJ”, artinya “Jesus Maria Josep”. Sebagai seorang Suster yang meneladani hidup keluarga kudus Nazaret dalam persaudaraan FCJM.
Setelah berkarya malang-melintang di berbagai tempat, seperti Pakkat, Parlilitan, Onan Runggu, Balige, dll. Kemudian pada tahun 1980 menjalani Masa Penyegaran Rohani di Salatiga yakni kursus Mediores. Tanggal 22 Juli 1982, Dia merayakan pesta perak (25 tahun) hidup membiaranya. Dan pada tanggal 22 Juli 1997, dia merayakan pesta 40 tahun hidup membiaranya.
Saya tidak tau persis sejak kapan gelar “oppung baik” disematkan orang-orang kepadanya. Setiap suster FCJM yang bertemu dengan Sr.Bernadet memanggilnya dengan sebutan oppung baik. Oppung baik berasal dari bahasa batak, yang artinya adalah Nenek yang baik. Di usianya yang sudah lanjut ini, oppung baik begitu menyenangkan. Banyak Suster di komunitasnya dan secara khusus para Suster muda sering mengganggunya dan menjadi hiburan. oppung baik selalu menggembirakan karena selalu tersenyum. Saat ini ingatan oppung baik sudah menipis, hal ini justru menjadi membawa kegembiraan bagi orang-orang di sekelilingnya karena sering lupa apa yang sudah dikatakan dan diperbuatnya. Hal inilah yang membuat banyak orang suka mengganggunya.
MenyenangkanMU, senangkanMU, hanya itu kerinduanku, menyenangkanMU, senangkan hatiMU….hanya itu kerinduanku…..adalah penggalan syair lagu yang pernah dinyanyikan oleh Regina Pangkerego. Sr.Bernadet hadir untuk menyenangkan banyak orang dalam karya pelayanannya. Dia juga menyenangkan di usia senjanya, meski tak mampu banyak berbuat…kehadirannya membuat banyak orang gembira dan senang.
Tetap Setia
Pada hari Jumat 8 Desember 2017, Sr.Bernadet bersama ke 13 orang saudari yang lain merayakan pesta Yubileum hidup membiaranya. Sr.Bernadet merayakan pesta 60 tahun dalam Kongregasi FCJM. Hari ini mereka merayakan kesetiaan Tuhan dalam hidupnya. Dalam rasa syukur, mereka berucap, “Lihat, Bapa! Aku datang padaMu dan menyerahkan hidup dan kehidupanku kedalam tanganMu sebagai hadiah atas segala hal yang telah Engkau lakukan di sepanjang hidupku!”. Keputusan untuk menyerahkan hidup kepada Tuhan bukan karena kita terpaksa tetapi sebuah kerelaan dan kebebasan. Keputusan yang berasal dari ketulusan hati.
Ada sebuah lagu rohani yang berjudul tetap setia,
Selidiki aku, lihat hatiku
Apakah ku sungguh mengasihi Mu Yesus
Kau yang Maha tahu, dan menilai hidupku
Tak ada yang tersembunyi bagiMu
Reff :
Telah kulihat kebaikkanMu
Yang tak pernah habis di hidupku
Ku berjuang sampai akhirnya
Kau dapati aku tetap setia
Ku berjuang sampai akhirnya
Kau dapati aku tetap setia.
Sr.Bernadet setia menjadi seorang pelayan bagi Gereja-Nya dalam Kongregasi FCJM ini. Sr.Bernadet banyak mengalami kesulitan dan tantangan dalam menjalani hidup panggilan ini, namun ia tetap memasrahkannya kepada Tuhan yang memanggilnya. Doa menjadi sumber hidupnya. Hal itu nampak dari cara hidup Sr.Bernadet. Hidupnya menjadi suatu hadiah bagi Tuhan dan sesamanya, yakni hadiah cinta. Sr.Bernadet telah memberikan cinta kasihnya dan seluruh perhatiannya bagi orang-orang yang membutuhkannya. Di usia senja ini, ia tetap menjadi hadiah bagi banyak orang. Dia menjadi sumber kegembiraan dan tawa bagi orang-orang di sekelilingnya. Selamat merayakan pesta 60 tahun hidup membiara ya oppung baik. (Sr. Angela Siallagan)
“Give special attention to those who are in the family of believers.” “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”
(Galatia 6:10)