Sr. Maria Hasugian FCJM
Nomen est omen, nama adalah tanda. Nomen atau nama. Omen atau tanda. Begitulah bunyi pepatah latin ini. Namanya Sr. Maria Hasugian FCJM. Nampak rencana Tuhan dalam dirinya yang mengambil nama Sr. Maria sebagai benih pertama FCJM pribumi yang mana setiap nama suster FCJM selalu diawali dengan nama “Maria”.
“Bangga dengan semangat pendirinya Muder Maria Clara Pfaender dan St. Fransiskus Assisi karena mereka adalah sosok-sosok yang sederhana, sarat dengan daya juang, rendah hati dan konsisten. Dan semua itu bersumber dari batin, doa, adorasi, persatuan dengan tubuh mistik Kristus dalam Ekaristi”, ungkap suster yang sangat mencintai dan menghormati panggilan imamat para imam ini.
Pernah di muat di Majalah HIDUP KATOLIK, Edisi Januari 2016
Pada tanggal 08 Desember 2015, Sr.Maria merayakan pesta 60 tahun hidup membiaranya di Provinsialat FCJM “Monteluco-Pematangsiantar”. Hal ini membawa semangat dan kebahagiaan yang luar biasa baginya dan bagi Kongregasi FCJM. Luapan rasa syukur itu menjadi bagian sejarah bagi Kongregasi suster FCJM yang merayakan pesta kesetiaan “benih pertama FCJM”. Itulah sebabnya, beliau berpesan kepada para teman-teman sepanggilan dan khususnya untuk suster-suster junior supaya tetap setia pada panggilan Tuhan, “sekali masuk Biara tetap jalan terus”, kata suster yang ketika bertugas di Roma sempat menangis karena di Gereja Vatikan saat itu tidak ada Imam yang melayani pengakuan dosa dalam bahasa Indonesia. Tokoh Naaman pun menjadi sumber kekuatan hidupnya. Ujar suster yang mengaku meski sudah tua dan keriput ini tetap bersemangat. Terima kasih ompung!. Tetap semangat dan bahagia. Angela Siallagan